Membuka Makam Mendatangkan Bahaya
Alasan utama para arkeolog belum melakukan penggalian karena khawatir bisa merusak makam yang dapat menghilangkan informasi sejarah yang penting. Para arkeolog tak ingin gegabah dan membuat kesalahan yang sama. Seperti kasus penggalian Kota Troya pada tahun 1870-an oleh Heinrich Schliemann arkelog asal Jerman, terulang.
Para arkeolog menyebut, istana sang kaisar terkubur sekitar 690 meter dari permukaan tanah. Kompleks makam itu luasnya, 56 kilometer persegi. Dijaga tentara yang berbaris rapi. Meski hanya berupa patung. Bangunan utama yang diyakini menjadi makam kaisar dan para pelayannya. Terlihat dari luar berupa gundukan tanah setinggi 76 meter. Sistem drainase kuno menjaga tanah di sekitar makam tetap kering.
Dalam sebuah catatan yang ditulis oleh sejarawan Tiongkok kuno Sima Qian sekitar 100 tahun setelah kematian Qin Shi Huang, dia menjelaskan bahwa makam itu terhubung dengan jebakan yang dirancang untuk membunuh setiap penyusup.
“Istana dan menara indah untuk seratus pejabat dibangun, dan makam itu dipenuhi dengan artefak langka dan harta karun yang luar biasa. Pengrajin diperintahkan untuk membuat busur dan anak panah yang disiapkan untuk menembak siapa saja yang memasuki makam. Merkurius digunakan untuk mensimulasikan seratus sungai, Yangtze dan Sungai Kuning, dan laut besar, dan diatur untuk mengalir secara mekanis,” paparnya.
Untuk saat ini, makam Qin Shi Huang tetap utuh dan tidak terlihat. Namun, jika waktunya tepat, mungkin saja kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya bisa menggali rahasia yang telah tersimpan di dalam makam misterius berusia sekitar 2.200 tahun tersebut.(*/risal)