Tiga Mahasiswa Fisip Unhas Tewas Terseret Arus Sungai

6

Kesaksian Korban Selamat

Peristiwa nahas ini terjadi pada Kamis sore, 23 Januari 2024 pukul 17.30 Wita. Ketika itu, ada enam mahasiswa FISIP Unhas yang melakukan survei lokasi untuk kegiatan camping. Usai survei, mereka pun berencana kembali. Namun, mereka terjebak oleh derasnya arus sungai yang seketika naik.

Tiga orang diantaranya tidak mampu melawan arus. Mereka akhirnya terbawa  arus dan hanyut. Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, serta relawan setempat bergerak melakukan pencarian. Pada Kamis malam pukul 21.40 Wita, mayat Jean (19) yang pertama ditemukan sekitar 500 meter dari lokasi hanyut.

Tidak lama berselang, pada pukul 22.45 Wita giliran mayat korban kedua Rezky, ditemukan. Tubuhnya tersangkut tidak jauh dari lokasi tempatnya hanyut pertama kali. Korban terakhir, Caca (19), ditemukan pada Jumat (24/1) pukul 09.20 Wita. Mayatnya berada 3 kilometer dari lokasi awalnya dia hanyut.

Kapolres Maros AKBP Douglas Mahendrajaya, mengungkapkan pihaknya telah melakukan olah TKP dan memeriksa sejumlah saksi. “Berdasarkan keterangan saksi, korban terpeleset dan terbawa arus sungai yang sangat deras saat berada di jembatan usai melakukan survei lokasi camp untuk kegiatan yang akan mereka laksanakan,” ujarnya.

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FISIP Unhas Prof Hasniati, mengatakan survei yang dilakukan rencananya untuk kegiatan Hiers Camp. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 23 Februari mendatang.

“Kemarin kelompok mahasiswa ini berinisiatif untuk mengecek lokasi yang akan digunakan untuk acara Hiers Camp di Hutan Pendidikan Unhas, Dusun Bengo, Kecamatan Cenrana. Namun, saat jalan pulang mereka memutuskan untuk singgah ke Bislab Pattunuang, yang akhirnya berujung pada insiden nahas tersebut,” jelasnya.

Pihak keluarga korban yang menerima kabar duka ini begitu terpukul. Mereka tidak menyangka anaknya meninggal akibat terbawa arus deras sungai.

“Kami merasa sangat terpukul kehilangan anak kami. Bahkan ayahnya di rumah sudah tidak sanggup lagi bergerak akibat syok,” ungkap H.  Hatta, kakek Caca yang ditemui di RS Palaloi.

Dalam peristiwa yang terjadi pada Kamis sore (23/), salah satu korban bernama Adiatsyah (21) berhasil selamat setelah terseret arus deras bersama tiga rekannya. Ia menyampaikan kesaksiannya.

“Waktu itu kami ke sana untuk cek lokasi yang rencananya akan digunakan sebagai tempat kegiatan. Setelah selesai, kami langsung pulang karena hari mulai gelap,” tutur Adiatsyah kepada wartawan, Jumat (24/1).

Namun, perjalanan pulang mereka berubah menjadi bencana. Debit air yang tetiba meningkat membuat jalan kembali tergenang dan arus sungai menjadi deras.

Saat itu, Adiatsyah bersama tiga rekannya tak mampu melawan derasnya arus hingga terseret. “Empat orang terseret. Saya selamat karena ada kabel-kabel yang saya pegang,” ungkapnya.

Air bah merenggut nyawa tiga rekan Adiatsyah. Setelah dilakukan pencarian selama satu hari satu malam tiga korban berhasil ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Tiga orang yang selama dari kejadian ini, yakni Adiatsyah (20), Aditya Dwi (21), dan Azriel (20).

Kepala Operasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Makassar Andi Sultan mengatakan, Chaca ditemukan sekitar tiga kilometer dari lokasi kejadian awal.

“Jumat (24/1) pukul 09.25 Wita, korban atas nama Chaca ditemukan tiga kilometer dari lokasi kejadian dengan metode pencarian di sisi kiri dan kanan sungai yang dilakukan oleh tim SAR gabungan,” jelas Andi Sultan.

Dengan ditemukannya Syadza, Basarnas resmi menghentikan proses pencarian. Andi Sultan juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang terlibat dalam upaya pencarian tersebut.

“Kami sangat berterima kasih kepada seluruh unsur yang terlibat, termasuk masyarakat yang telah membantu mencari korban,” tuturnya.

Andi Sultan mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap kondisi cuaca, terutama saat musim hujan. Ia mengingatkan bahwa banjir bandang dapat datang tiba-tiba tanpa tanda-tanda sebelumnya.

“Kami berharap masyarakat tetap waspada melihat cuaca. Musim hujan ini sulit diprediksi, air bah bisa datang tanpa disangka-sangka, langsung terdengar gemuruh dari atas,” terangnya. (*)

Tiga mahasiswa Fisip Unhas yang selamat dari musibah air bah Sungai Biseng La’boro di Desa Samanggi, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulsel.(DOK)