Felix mengaku tak bisa menahan atlet binaanya itu. Sebab Ismail punya alasan mendasar. Apalagi, kata dia, peraih medali perunggu SEA Games 2019 itu sudah mengajukan surat pengunduran diri ke POBSI dan KONI Sulsel sejak tiga bulan yang lalu.
Sejumlah atlet cabor lainnya juga dikabarkan akan hijrah mengikuti jejak Ismail.
“Target tinggi, tapi anggaran minin, logikanya di mana? Kalau mau berprestasi siapkan anggaran yang proporsional. Bukan dengan camidu (catat mi dulu) seperti yang pernah disampaikan Gubenur Sulsel saat sambutan di Porprov di Sinjai-Bukukumba. Kalau Pemprov Sulsel tidak serius membiayai kebutuhan cabang olahraga (cabor) bubarkan saja itu KONI,” cetus Sri Syahril, Sekretaris Umum Pengurus Provinsi Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Sekum Pengprov Pertina) Sulsel.
Menurut Sri, solusi dari masalah ini sebenarnya sederhana. “Kalau tidak mampu dan tidak punya komitmen, hanya ada satu kata, mundur. Simpel kan,” ujar Sri yang sehari-sehari berprofesi sebagai wartawan.
Penegasan Sekum Pertina Sulsel ini diamini koleganya yang juga salah satu wartawan senior Mulawarman. Dalam sesi dialog akhir tahun bertema ‘Carut Marut Pengelolaan Olahraga di Sulsel’, Strategi dan Solusi, di Cafe Ombak, 26 Desember 2022, jurnalist bertubuh mungil ini dengan tegas mendukung keinginan sejumlah pengurus cabor Sulsel yang meminta Yasir Machmud Mundur sebagai Ketua KONI Sulsel.
“Bayangkan, terpilih Maret, dilantik Agustus. Berarti baru empat bulan memimpin. Tapi pengelolaan KONI Sulsel sudah carut marut. Empat bulan saja sudah kacau, bagaimana kalau setahun. Tentu saja akan makin parah. Kalau begini wajar kalau saya juga mendukung keinginan pengurus cabor Ketua KONI Sulsel harus mundur,” tegas Mulawarman yang dikenal getol mengkritisi kepemimpinan Nurdin Abdullah saat masih menjabat Gubernur Sulsel sebelum terjaring OTT KPK.
Penegasan agar Yasir Machmud mundur juga datang dari pengurus Forki Sulsel, Syahrir Siregar. Dia mengungkapkan
sejak awal sudah terasa carut marut pada kepengurusan KONI Sulsel periode 2022-2026.
“Mulai dari administrasi, penganggaran hingga pendekatan kepada cabor. Bahkan untuk mengikuti Kejurnas pun, tak ada bantuan sama sekali dari KONI. Saya tidak tau kenapa. Padahal kalau bicara prestasi, karate menyumbang tiga emas di PON Papua,” sebut Syahrir.
