Kisah Syamsuddin Umar, Penerima Award KONI Makassar yang Bawa PSM Dua Kali Juara

159

Di balik kesuksesannya membawa PSM juara perserikatan, ada tiga sosok yang membantunya dalam meramu tim. Mereka adalah Saleh Bahang, Baco Ahmad, dan Gosse Halim plus pelatih fisik Benny Huwae.

Terlepas dari itu, ilmu baru yang diperolehnya sekembali dari Brasil coba ia terapkan. Salah satunya mengutamakan kondisi fisik para pemain. Itulah kenapa Syamsuddin Umar menggandeng Benny Huwae sebagai pelatih fisik yang memiliki basic keilmuan di dunia keolahragaan.

Bersama Benny, Syam fokus agar fisik para pemainnya tidak kendur sepanjang laga meski harus bermain dengan intensitas tinggi. Selan itu, Pergerakan pemain di setiap lininya juga mendapat perhatian Syam bersama Benny agar akselerasi dan pergerakan pemain dapat fleksibel. Syam kemudian fokus pada strategi tim.

“Jadi dia hanya bertanya bagaimana pergerakannya bek kanan, bagaimana pergerakannya gelandang, bagaimana pergerakannya striker dan apa poin-poin yang bisa diberikan untuk bagaimana memperkuat dan mempercepat dia bedrakselerasi. Jadi semua fisik saya serahkan ke pelatih fisik. Saya hanya berpikir tentang Strategi,” ungkap Syamsuddin Umar.

Selepas meraih trofi pertamanya bersama PSM, Syamsuddin Umar masih dipercaya untuk menukangi PSM di musim 1993-1994. Hadir dengan label tim juara, PSM menjadi tim yang cukup dijagokan. Saat bertemu rival besarnya Persebaya Surabaya pada partai pertama yang berlangsung di Stadion Mattoanging, PSM malah menelan kekalahan 2-0. Hasil ini merupakan kekalahan pertama Juku Eja melawan Persebaya di kandang sendiri.

Situasi itu sempat membuat Syam mendapat tekanan yang luar biasa dari pencinta PSM. Bahkan mobil pribadinya jadi incaran pembakaran. Lemparan batu ke arah Gedung Olahraga (GOR) Mattoanging saat timnya menjalani pemusatan latihan (TC) juga sempat ia rasakan.

Di tangan Syamsuddin Umar PSM Makassar meraih gekar juara internasional Piala Ho Chi Minh City.(DOK)