Ahmad Susanto, Ketua Terpilih Askot PSSI Makassar : Mari Berpikir Rasional dan Objektif

269

Mengalah Bukan Kalah

Meski kongres luar biasa ini sudah sesuai statuta PSSI, namun masih ada segelintir oknum yang menilai miring penyelenggaraan kongres tersebut. Namun Ahmad Susanto lebih memilih diam.

Daeng Buang, begitu ia karib disapa memilih prinsip orang bijak. “Belajarlah mengalah sampai tak seorangpun bisa mengalahkanmu. Belajarlah merendah sampai tak seorang pun bisa merendahkanmu.”

Diam dan mengalah bagi lelaki berdarah Takalar ini adalah solusi terbaik. Apalagi menurut ayah dua anak tersebut kritikan sejumlah oknum karena didasari ketidakmengertian yang melahirkan miss persepsi. ”Tidak ada aturan yang dilanggar,” tegas Ahmad Susanto.

Ahmad lalu menjelaskan syarat jadi pimpinan cabang dan induk cabang olahraga (cabor). KONI Misalnya. ”Sarat jadi ketua KONI harus Ketua, Sekretaris atau Bendahara (KSB) cabor. Kemarin saya memenuhi syarat. Karena saya Plt Sskot PSSI. Setelah terpilih di Kongres ini, sekarang sudah definitif,” jelas Ahmad.

Contoh lain, lanjut Ahmad Susanto, Ketua KONI Sulsel Yasir Mahmud. ”Dia itu ketua cabor angkat berat saat maju jadi calon Ketua KONI Sulsel,” sebut Ahmad.

Terkait yang disangkakan, KSB KONI tidak bisa rangkap jabatan seperti diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KONI, ia pun menjelaskan kata ‘vertikal’ dan ‘horizontal’ dalam AD/ART tersebut.

”Penyebutan istilah dua olahraga, maksudnya itu cabang olahraga dan organisasi olahraga. Yang dimaksud organisasi olahrga yaitu KONI, KORMI, Bapomi, Persatuan Olahrga Disabilitas dll,” urai Ahmad.

”Jadi yang dimaksudkan itu adalah, kalau saya ketua KONI Makassar, saya tidak boleh lagi menjabat Ketua KONI di daerah lain. Atau menjadi ketua Kormi, Bapomi dll. Itu yang dimaksud horizontal. Atau jadi pengurus KONI provinsi, Bapomi provinsi dan lain-lain. Ini yang dimaksud vertikal,” tambah Ahmad.

Ahmad Susanto saat pelepasan kontingen Soeratin U-13, U-15, dan U-17 Askot PSSI Makassar.(FOTO: RISAL)