Adi Rasyid Ali Siap jadi Nakhoda Baru KORMI Sulsel

35

Di antara organisasi cabor yang pernah ARA pimpin yakni Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PERTINA) Sulsel. Prestasinya cukup mentereng. Di PON  X Papua dan PON XI Aceh – Sumut, atlet Sulsel  pulang dengan  kepala tegak. Tujuh medali dibawa pulang dari dua PON. Mulai dari medali perunggu, perak sampai medali emas.

Selain itu ARA dan ponaanya, Harpen Reza Ali juga mengantarkan atlet tinju Sulsel lolos membawa nama Indonesia pada di kejuaraan tinju dunia “IBA Men’s Boxing World Championship” di Kota Tashkent, Uzbekistan, 28 April-15 Mei 2023 lalu.

‘Ini kita biaya sendiri lo bawa atlet sampai ikut kejuaraan dunia. Padahal ini membawa nama Indonesia. Karena tidak ada anggaran dari Pemprov Sulsel dan Kementrian, kita harus siap berkorban,” ujar ARA.

ARA tak mau merinci berapa dana yang harus dia keluarkan untuk membiayai atlet, pelatih dan official mengikuti event-event internasional yang durasi waktunya sampai 2 hingga 3 minggu di Eropa. ‘’Hitung maki kira-kira berapa,” katanya sembari tersenyum.

Jauh sebelumnya ARA juga pernah mengelola PSM Makassar selama tiga musim kompetisi. Yakni musim 2001 – 2003. Saat itu dia  dipercaya sebagai Bandahara oleh kakaknya, A. Reza Ali.

ARA dan kakaknya masuk dalam daftar tokoh yang memiliki kontribusi besar buat PSM. Prestasi terbaik saat keluarga Adi Rasyid Ali mengelola PSM adalah menembus semifinal LI 2001/2002.

Meski tidak membawa tim juara, ARA dan dua kakaknya Reza Ali dan Diza Ali dikenang karena PSM saat itu mengandalkan mayoritas pemain asli Makassar. PSM pun melahirkan pemain belasan tahun seperti Syamsul Chaeruddin, Hamka Hamzah dan Samsidar. Ketiganya jadi pilar timnas U-20 saat menjuarai Piala Sultan Hassanal Bolkiah di Brunei Darussalam 2002.

Salah satu kegiatan offroad yang ditunggangi Adi Rasyid Ali pada sebuah event.(FOTO: ASRIEL)