Hal sama diutarakan Sekum Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) Sulsel Bonay Syam. Dia malah menyarankan jika anggaran minim, sebaiknya jumlah atlet yang dikirim ke PON dikurangi.
“Kalau memang anggaran minim kurangi saja jumlah atletnya. Kita tidak bisa berbicara target kalau anggaran terbatas. Apalagi sampai masuk lima besar,” cetus Bonay.
Sementara itu, Ketua Umum KONI Sulsel Yasir Mahmud menyatakan anggaran untuk operasional PON di Aceh-Sumut hanya Rp17,5 miliar. Dia berharap bisa cair secepatnya.
“Anggarannya ada Rp17,5 miliar. Dengan jumlah 408 atlet dari 43 cabor yang akan diberangkatkan, tentu saja angka itu sangat tidak cukup,” ungkap Yasir Mahmud.
Calon Legislator terpilih Partai Gerindra di DPRD Sulsel ini membandingkan dengan anggaran operasional PON Papua yang mencapai Rp32 miliar. Sementara atletnya hanya 238 orang.
“Ini kebutuhan atlet dua kali lipat tapi anggaran malah turun. Seharusnya anggaran untuk persiapan PON kali ini harus juga dua kali lipat. Sebab penerbangan untuk ke Aceh dan Medan saja itu dua kali. Artinya biaya lebih banyak,” katanya.
“Ini PR (pekerjaan rumah) yang sangat berat. Tapi kalau kita bergerak bersama, maka apa yang menjadi harapan kita Insya Allah bisa tercapai,” kata Yasir Mahmud.
Untuk itu, Yasir berharap pertemuan dengan Kadispora Sulsel Suherman menjadi jembatan solusi dari permasalahan cabor menjelang PON Aceh-Sumut.
“Kita berharap pertemuan ini bagaimana memaksimalkan anggaran. Semoga ada jalan yang bisa diberikan oleh Kadispora. Kita berharap bisa dapat tambahan melalui parsial. Kalau harap perubahan pasti terlambat,” tegas Yasir.